Monday, 27 October 2008

Pasca 1948

I had the idea to write this sajak after I watch the Majalah 3 once when they made the coverage on Palestine. Hoping to hear comments from you guys…

Pasca 1948

Layang- layang kecil menyusur bayu
Syahdunya menyapa unggas
Bak potret di dada langit
Merakam manis wajah anak- anak
Di sebalik tirai remuk hati yang musnah

Sendu syair yang dilagukan si tua
Dari mata penuh kolam sengsara
Masih membara impian revolusi
Menebus kembali ibu pertiwi
Dari muncung senapang rejim Zionis
Sedang Jordan menjadi menjadi saksi sepi
Bumi Palestin yang kian mati

Jernih biru Tasik Tabariah
Mengundang sayu mengusik sepi
Keliru sendiri identiti diri
Sesat dalam sejarah yang rumit
Dari Syria ke genggaman Israel
Tasik sepi ini terus menyaksi
Mentafsir segala erti duniawi

Manusia dan kemanusiaan
Hanya sebuah kata frasa
Tinggal pada mulut bijak bicara
Darah terus ditadah, diperah
Dari tubuh pengemis rindu

Mampukah sekadar debu pertiwi
Bertapak di tangan kembali?
Pasca 1948 terus mengundang enigma
Penuh kisah ngeri dan dusta
Biarpun dari lensa kamera
Atau satelit di angkasa
Bahang itu masih terasa

Epilog yang di luar ramalan minda
Terus menghambat jiwa pencinta revolusi
Namun yang pasti
Segalanya akan pulang
Ke hadrat Ilahi

No comments: